FriendOrFoe Forum
Diharap untuk menjaga password anda. Terima Kasih

Join the forum, it's quick and easy

FriendOrFoe Forum
Diharap untuk menjaga password anda. Terima Kasih
FriendOrFoe Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Hachiko History

Go down

Hachiko History Empty Hachiko History

Post by FriezaAdmin Sat May 01, 2010 8:13 am

Hachikō (ハチ公 ?) (10 November 1923-8 Maret 1935) adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu kelahiran Ōdate, Prefektur Akita. Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachikō terus menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya, Tokyo.

Julukan baginya adalah Hachikō Anjing yang Setia (忠犬ハチ公 ,Chūken Hachikō?). Patung Hachikō di depan Stasiun Shibuya telah menjadi salah satu marka tanah di Shibuya. Sewaktu membuat janji untuk bertemu di Shibuya, orang sering berjanji untuk bertemu di depan patung Hachikō.

Kisah hidup

Lahir 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Ōshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Giichi Saitō dari kota Ōdate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu. Ia dimasukkan ke dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Ōdate, 14 Januari 1924. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno, Tokyo.

Hachi menjadi anjing peliharaan Profesor Hidesaburō Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Profesor Ueno waktu itu berusia 53 tahun, sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno adalah pecinta anjing. Sebelum memelihara Hachi, Profesor Ueno pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, namun semuanya tidak berumur panjang. Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya, Hachi dipelihara bersama dua ekor anjing lain, S dan John. Sekarang, lokasi bekas rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Department Store sekarang.

Ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, bersama S dan John, Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.

Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari. Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal. Ditemani John dan S, ia pergi juga ke stasiun untuk menjemput majikannya.

Nasib malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John dititipkan kepada salah seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di kawasan Nihonbashi. Namun cara Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan pembeli ternyata tidak disukai. Ia kembali dititipkan di rumah seorang kerabat Yae di Asakusa. Kali ini, kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dan tetangga di Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri angkat Profesor Ueno di Setayaga. Namun Hachi suka bermain di ladang dan merusak tanaman sayur-sayuran.

Pada musim gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.

Pada tahun 1932, kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saitō dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran kō (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachikō.

Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model. Andō berusaha mendahului laki-laki berumur yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachikō. Orang tersebut menjual kartu pos bergambar Hachikō untuk keuntungan pribadi. Pada bulan Januari 1934, Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachikō.

Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kōjun.

Selepas pukul 06.00 pagi, tanggal 8 Maret 1935, Hachikō, 13 tahun, ditemukan sudah tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachikō biasanya tidak pernah pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.
Opset tubuh Hachikō di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Tokyo

Upacara perpisahan dengan Hachikō dihadiri orang banyak di Stasiun Shibuya, termasuk janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk setempat. Biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra. Upacara pemakaman Hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia. Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.
Patung Hachikō di depan Stasiun Ōdate

Pada 8 Juli 1935, patung Hachikō didirikan di kota kelahiran Hachikō di Ōdate. tepatnya di depan Stasiun Ōdate. Patung tersebut dibuat serupa dengan patung Hachikō di Shibuya. Dua tahun berikutnya (1937), kisah Hachikō dimasukkan ke dalam buku pendidikan moral untuk murid kelas 2 sekolah rakyat di Jepang. Judulnya adalah On o wasureruna (Balas Budi Jangan Dilupakan).

Pada tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachikō ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki Teru Andō.

Pintu keluar Stasiun JR Shibuya yang berdekatan dengan patung Hachikō disebut Pintu Keluar Hachikō. Sewaktu didirikan kembali tahun 1948, patung Hachikō diletakkan di bagian tengah halaman stasiun menghadap ke utara. Namun setelah dilakukan proyek perluasan halaman stasiun pada bulan Mei 1989, patung Hachikō dipindah ke tempatnya yang sekarang dan menghadap ke timur.

Film Hachikō Monogatari karya sutradara Seijirō Kōyama mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Pada bulan berikutnya diresmikan patung Hachikō di kota kelahirannya, Ōdate. Monumen peringatan ulang tahun Hachikō ke-80 didirikan 12 Oktober 2003 di lokasi rumah kelahiran Hachikō di Ōdate. Sebuah drama spesial tentang Hachikō ditayangkan jaringan televisi Nippon Television pada tahun 2006. Drama sepanjang dua jam tersebut diberi judul Densetsu no Akitaken Hachi (Legenda Hachi si Anjing Akita). Pada tahun 2009 film Hachiko: A Dog's Story[1] karya sutradara Lasse Hallström mulai diputar dan dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen.

Hachiko History 180px-10
Patung Hachiko Di Stasiun Shibuya

Hachiko History 220px-11
Hachiko

Hachiko History 180px-11
Opset Tubuh Hachiko Di Museum

Hachiko History 180px-12
Patung Hachiko Di Stasiun Odate

Hachiko: A Dog's Story adalah film drama Amerika Serikat produksi tahun 2009 yang ceritanya diambil dari kisah nyata anjing jenis Akita Inu bernama Hachikō. Film ini merupakan pembuatan ulang dari film Jepang Hachikō Monogatari produksi tahun 1987. Lasse Hallström bertindak sebagai sutradara untuk film yang dibintangi Richard Gere, Joan Allen, dan Sarah Roemer.

Di Amerika Serikat, pemutaran perdana film ini dilakukan di Festival Film Internasional Seattle, 13 Juni 2009. Pemutaran perdana di luar Amerika Serikat dilakukan di Jepang pada 8 Agustus 2009. Peredaran di bioskop-bioskop Amerika Serikat tidak jadi dilakukan. Film ini langsung dirilis sebagai DVD oleh Sony Pictures Entertainment pada 9 Maret 2010.[2] Sejak pertengahan 2009 hingga 2010, film ini telah dirilis di lebih dari 20 negara dan teritori.[2] Pemutaran di bioskop Britania Raya dimulai pada 12 Maret 2010.[3] Hingga April 2010, Box Office Mojo memperhitungkan pendapatan kotor film ini telah mencapai lebih dari AS$41 juta.[4]


Perhatian: Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita yang penting atau akhir kisahnya.

Film diangkat dari kisah nyata di Jepang. Di sebuah kelas, murid-murid sedang menyajikan presentasi mengenai tokoh pahlawan mereka. Seorang anak laki-laki bernama Ronnie menceritakan tentang anjing kakeknya yang bernama Hachiko. Bertahun-tahun yang lampau, seekor anak anjing Akita tiba di Amerika dari Jepang . Di stasiun, anak anjing itu terlepas setelah kandangnya terjatuh dari gerbong barang, dan ditemukan oleh seorang dosen bernama Parker Wilson (Richard Gere). Parker langsung menyukai anak anjing itu. Setelah Carl penjaga stasiun menolak untuk mengurusnya, Parker membawanya pulang ke rumah. Di rumah, istri Parker yang bernama Cate (Joan Allen) keberatan suaminya memelihara anak anjing.

Hari berikutnya, Parker berharap pemilik anjing itu telah menghubungi stasiun kereta api, namun ternyata pemiliknya yang sebenarnya tidak muncul. Parker secara diam-diam mengajak anak anjing itu naik kereta api ke kantor. Di kantor, Parker diberi tahu oleh seorang rekan yang orang Jepang bernama Ken, bahwa tanda di kalung anak anjing itu dibaca sebagai Hachiko, dalam bahasa Jepang, Hachiko berarti nasib baik. Parker lalu memberi nama anak anjing itu, Hachi. Menurut Ken, Parker dan Hachi sudah ditakdirkan untuk saling bertemu. Cate menerima telepon dari seseorang yang ingin memungut Hachi. Namun Cate membiarkan suaminya memelihara Hachi setelah melihat suaminya makin dekat dengan anak anjing itu.

Waktu berlalu, dan Hachi telah menjadi anjing setia Parker. Meskipun demikian, Parker heran Hachi menolak untuk melakukan kebiasaan normal seekor anjing seperti mengejar dan memungut bola. Ken memberi tahu bahwa Hachi hanya akan mau mengambil bola untuk alasan yang istimewa. Suatu pagi, ketika Parker berangkat kerja, Hachi menyelinap ke luar, dan mengikutinya hingga sampai di stasiun kereta api. Hachi menolak ketika disuruh pulang hingga Parker harus mengantarkannya pulang ke rumah. Sore itu, Hachi kembali pergi ke stasiun, dan menunggu hingga kereta api yang dinaiki tuannya datang. Parker akhirnya menyerah, dan membiarkan Hachi mengantarnya ke stasiun setiap hari. Setelah kereta api tuannya berangkat, Hachi pulang sendiri ke rumah, tapi ketika hari sudah sore, ia kembali lagi ke stasiun untuk menjemput. Kebiasaan Hachi mengantar dan menjemput Parker berlangsung beberapa lama. Namun pada suatu siang, Hachi menolak mengantar Parker yang ingin berangkat mengajar. Parker akhirnya berangkat sendirian, tapi Hachi mengejarnya sambil membawa bola. Parker terkejut, tapi senang Hachi akhirnya mau diajak bermain bola. Parker tidak ingin terlambat mengajar, dan pergi juga walaupun dilarang Hachi uang terus menggonggong. Siang itu, Parker yang mengajar sambil memegang bola milik Hachi, terjatuh tak sadarkan diri, dan meninggal dunia.

Di stasiun, Hachi dengan sabar menunggu kedatangan kereta api yang biasanya dinaiki tuannya ketika pulang, namun tuannya tidak juga pulang. Dia menunggu, dan menunggu hingga Michael, menantu Parker membawanya pulang. Keesokan harinya, Hachi kembali ke pergi ke stasiun dan menunggu tuannya. Ia menunggu sepanjang hari dan sepanjang malam. Setelah suaminya meninggal, Cate menjual rumah mereka, dan memberikan Hachi untuk dipelihara oleh anak perempuan Cate yang bernama Andy. Hachi pindah ke rumah Andy yang tinggal bersama suami bernama Michael. Keduanya memiliki bayi bernama Ronnie. Hachi tak lama kemudian lari untuk pulang ke rumah tempat tinggalnya dulu. Ia lalu kembali menunggu tuannya yang tidak kunjung pulang di stasiun. Hachi selalu duduk menunggu di tempat ia biasa menunggu. Penjual makanan di stasiun bernama Jas merasa kasihan, dan memberinya makan hot dog. Andy mencari-cari Hachi, dan menemukannya di stasiun. Hachi diajak pulang, namun keesokan harinya dibiarkan untuk kembali pergi ke stasiun.

Hachi mulai tidur di gerbong kereta yang rusak. Ia berjaga menunggu tuannya sewaktu siang, dan hidup dari makanan dan air yang diberikan oleh Jas dan seorang tukang daging. Pada satu hari, wartawan surat kabar bernama Teddy ingin tahu soal asal usul Hachi. Ia bertanya apakah dirinya dibolehkan menulis cerita tentang anjing itu. Setelah membaca artikel di surat kabar, orang-orang mulai mengirimi Carl uang, dengan pesan agar uang tersebut dibelikan makanan untuk Hachi. Ken sahabat Parker membaca artikel yang ditulis Carl, dan menyatakan kesediaan untuk membayari biaya hidup Hachi. Walaupun Parker sudah setahun meninggal dunia, Ken menyadari Hachi masih ingin dan merasa harus menunggu kepulangan tuannya, serta berharap tuannya masih hidup.

Tahun demi tahun berlalu, dan Hachi masih tetap menunggu di stasiun. Ketika mengunjungi makam Parker, Cate bertemu dengan Ken, dan mengaku dirinya masih merasa kehilangan suaminya yang sudah meninggal sepuluh tahun lalu. Cate lalu pergi ke stasiun tempat Hachi menunggu. Ia terkejut melihat Hachi yang sudah tua, kotor, dan lemah, namun terus setia menunggu tuannya. Ketika kembali ke rumah, Cate bercerita soal Hachi kepada Ronnie yang sudah berusia 10 tahun. Malam itu, Hachi menunggu di tempatnya biasa menunggu, tempatnya berbaring dan jatuh terlelap, bermimpi bertemu Parker.

Selesai sudah laporan Ronnie tentang Hachi kepada teman-temannya sekelas. Kesetiaan Hachi menunggu Parker, kakek Ronnie, menjadikan Hachi sebagai pahlawan selama-lamanya di mata Ronnie. Sore itu, Ronnie berjalan-jalan bersama seekor anak anjing Akita di tempat kakeknya pernah berjalan-jalan bersama Hachi.

Anjing Hachiko yang sebenarnya, lahir di Odate, Prefektur Akita, Jepang pada tahun 1923. Setelah pemiliknya yang bernama Dr. Eisaburo Ueno, seorang dosen di Universitas Tokyo meninggal dunia pada bulan Mei 1925, keesokan harinya Hachi kembali menunggu kepulangan tuannya di Stasiun Shibuya. Ia terus menunggu, dan menunggu hingga sembilan tahun berikutnya. Hachiko akhirnya mati pada bulan Maret 1935. Patung Hachiko dari perunggu, kini dapat dijumpai di tempatnya biasa menunggu, di luar Stasiun Shibuya, Tokyo.
Pembeberan isi cerita berakhir di sini.

Hachiko History 200px-10

[Just share] kalo blom nonton , nonton dulu yah. sedih ane liat nya . . Sad pokoknya ini film Jempol
Berkenan Cendol tidak menerima Bata

TKP : http://id.wikipedia.org/wiki/Hachik%C5%8D , http://id.wikipedia.org/wiki/Hachiko:_A_Dog%27s_Story

Spoiler:
FriezaAdmin
FriezaAdmin
Admin
Admin

Jumlah posting : 70
Join date : 20.10.09
Age : 27

https://fof-forum.indonesianforum.net

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas


 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik